M. Sulton A.A. Sinaga
Di zaman sekarang yang dipenuhi
kekayaan ilmu pengetahuan dan teknologi,penentuan awal dan akhir ramadhan
tentunya dilakukan dengan alat-alat yang canggih dengan keakuratan yang tinggi
dan pastinya lebih mudah untuk melihat hilal . Tapi pernahkah kita membayangkan
bagaimana penentuan awal dan akhir Ramadhan di zaman Rasulullah SAW,dengan
segala keterbatasan pengetahuan dan teknologi tentunyta terlihat sulit,bukan?. Penentuan
awal dan akhir Ramadhan di Zaman Rasulullah dilakukan dengan melihat hilal
(bulan baru) tentunya dengan mata telanjang,bila sudah terlihat hilal maka di
situlah Rasulullah dan umatnya berpuasa dan jika melihat hilal di bulan
selanjutnya di situlah mereka berhari raya. Sebagaimana termaktub dalam hadits
dibawah ini,
Dari Rob’iyy bahwa Rasulullah
bersabda; “ Ketika kalian melihat pada hilal (1 Ramadhan) maka berpuasalah
kalian,dan jika kalian melihat hilal (1 Syawal) maka berhari rayalah kalian,dan
jika terdapat mendung (terhalang melihat hilal), maka genapkanlah atau
sempurnakanlah bulan sya’ban tiga puluh hari...”(HR. An-Nasa’i kitabusshiam).
Dari hadits diatas dijelaskan bahwa
Rasulullah memerintahkan pada umatnya untuk berpuasa ketika melihat hilal 1
ramadhan,dan berhari raya ketika melihat hilal 1 syawal,dan jika dihari yang
ditentukan untuk melihat hilal itu langit sedang mendung maka sempurnakanlah
pada bulan sya’ban 30 hari kemudian berpuasalah.
Begitulah penentuan awal dan akhir
Ramadhan di zaman nabi dengan segala keterbatasan ilmu dan
alat-alatnya,beruntung kita di zaman sekarang ketika menanti datangnya 1
Ramadhan hanya menunggu keputusan sidangt isbath yang dilakukan oleh para
ulama,Semoga bermanfaat bagi kita semua.







0 komentar:
Posting Komentar