Sumber foto : theatjeh.com
Assalamualiakum
friends of islamiyyah kali ini berjumpa lagi dengan artikel saya.yang bakal
saya realis segera untuk menambah pengetahuan serta ilmu bagi sahabat friends
of islamiyyah semoga bermanfaat ya , dan semoga bagi sahabat sahabat friends of
islamiyyah yang setia sehat selaluya dan
murah rezekinya amin amin yarabbal alamin
Nah sahabat
friends of islamiyyah ada yang tau ngak the magic of the rabu abeh itu apa sih?
Pasti kalau sahabat yang dari aceh udah tau tentang rabu abeh !!! Hmmmm , Ini sahabat yang dari luar aceh wajib tau juga
apa itu rabu abeh yuk kepoin sahabat friends of islamiyyah di artikel saya yang
dibawah ini
TIAP
TAHUNNYA, di akhir bulan Safar (tahun Hijriah), sebagian besar masyarakat Aceh
memenuhi pantai-pantai untuk merayakan Rabu Abeh. Meski akhir bulan Safar belum
tentu hari Rabu, namun masyarakat tetap menyebutnya “Rabu Abeh”, hari
penghabisan segala bala dan kemalangan.
Safar
dianggap sebagai bulan pembawa sial atau bala. Tradisi ini dikenal dengan
sebutan tulak bala atau tolak bala. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
edisi keempat, (tolak) yang berarti mengusir, sedangkan (bala) diartikan
malapetaka, kesialan atau bencana. Jadi Tulak Bala secara umum dapat diartikan
mengusir malapetaka atau kesialan
Tulak Bala
merupakan tradisi turun temurun warisan endatu yang telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat Aceh, yang dipahami sebagai satu prosesi untuk mencegah
segala bentuk bencana atau marabahaya..
Dahulu,
perayaan Rabu Abeh dilalukan masyarakat Aceh dengan berbagai cara, seperti
menghiasi sampan-sampan dengan bunga tujuh rupa, kemenyan-kemenyan dibakar.
Berbagai macam lauk pauk khas Aceh ditata di dalam sampan, berserta kepala
kerbau yang kemudian dihanyutkan ke laut sebagai bentuk persembahan agar
dijauhkan dari segala bala.
Rabu Abeh
juga dilakukan dengan makan bersama di pinggir pantai. Setelah itu dilanjutkan
dengan mandi kembang dan wangi-wangian bersama keluarga dan kerabat, sebagai simbol
pembersihan diri dari segala bentuk dosa yang dapat mengundang bala.
Mandi laut
dianggap dapat membersihkan tubuh dan jiwa dari seluruh aura negatif dan
penyakit, serta sial yang akan terbawa bersama air laut.Seiring perkembangan
zaman, tradisi Rabu Abeh telah mengalami pergeseran. Bagi sebagian besar
masyarakat Aceh, khususnya Aceh Barat, Rabu Abeh tidak lagi bermakna sakral.
Rabu Abeh hanya dilakukan sebatas hiburan dan rekreasi keluarga. Ritual-ritual
yang dulu dilakukan, kini berganti hura-hura
Seiring
perkembangan zaman, tradisi Rabu Abeh telah mengalami pergeseran. Bagi sebagian
besar masyarakat Aceh, khususnya Aceh Barat, Rabu Abeh tidak lagi bermakna
sakral. Rabu Abeh hanya dilakukan sebatas hiburan dan rekreasi keluarga.
Ritual-ritual yang dulu dilakukan, kini berganti hura-huraa.
Menurut
pandangan sejumlah cendekiawan muslim, Rabu Abeh merupakan tradisi yang dulu
banyak diyakini oleh masyarakat jahiliyah kuno di Jazirah Arab, melalui
asimilasi budaya yang terjadi ratusan tahun silam, saat pendakwah dari Arab
mengunjungi Aceh. Tradisi tersebut mulai masuk dan kemudian menjadi bagian dari
adat istiadat Aceh.
Masyarakat
Aceh dikenal sebagai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai keislaman dalam
kehidupannya. Bahkan setiap tradisi dan adat istiadat yang ada tak dapat
dilepaskan dari Islam. Rabu Abeh merupakan satu tradisi para leluhur yang harus
terus dijaga, namun tentunya dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan
ajaran agama. Alangkah indahnya apabila Rabu Abeh dimaknai dengan zikir dan doa
bersama, memohon kepada Allah agar dijauhkan.
0 komentar:
Posting Komentar