Sabtu, 11 April 2020

THE MAGIC OF THE Rabu Abeh: Kon Uroe Meuabeh-Abeh

Nurfadillah | 11  April 2020

Sumber foto : theatjeh.com

Assalamualiakum friends of islamiyyah kali ini berjumpa lagi dengan artikel saya.yang bakal saya realis segera untuk menambah pengetahuan serta ilmu bagi sahabat friends of islamiyyah semoga bermanfaat ya , dan semoga bagi sahabat sahabat friends of islamiyyah yang setia  sehat selaluya dan murah rezekinya amin amin yarabbal alamin

Nah sahabat friends of islamiyyah ada yang tau ngak the magic of the rabu abeh itu apa sih? Pasti kalau sahabat yang dari aceh udah tau tentang rabu abeh !!! Hmmmm ,  Ini sahabat yang dari luar aceh wajib tau juga apa itu rabu abeh yuk kepoin sahabat friends of islamiyyah di artikel saya yang dibawah ini

TIAP TAHUNNYA, di akhir bulan Safar (tahun Hijriah), sebagian besar masyarakat Aceh memenuhi pantai-pantai untuk merayakan Rabu Abeh. Meski akhir bulan Safar belum tentu hari Rabu, namun masyarakat tetap menyebutnya “Rabu Abeh”, hari penghabisan segala bala dan kemalangan.

Safar dianggap sebagai bulan pembawa sial atau bala. Tradisi ini dikenal dengan sebutan tulak bala atau tolak bala. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, (tolak) yang berarti mengusir, sedangkan (bala) diartikan malapetaka, kesialan atau bencana. Jadi Tulak Bala secara umum dapat diartikan mengusir malapetaka atau kesialan

Tulak Bala merupakan tradisi turun temurun warisan endatu yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, yang dipahami sebagai satu prosesi untuk mencegah segala bentuk bencana atau marabahaya..

Dahulu, perayaan Rabu Abeh dilalukan masyarakat Aceh dengan berbagai cara, seperti menghiasi sampan-sampan dengan bunga tujuh rupa, kemenyan-kemenyan dibakar. Berbagai macam lauk pauk khas Aceh ditata di dalam sampan, berserta kepala kerbau yang kemudian dihanyutkan ke laut sebagai bentuk persembahan agar dijauhkan dari segala bala.

Rabu Abeh juga dilakukan dengan makan bersama di pinggir pantai. Setelah itu dilanjutkan dengan mandi kembang dan wangi-wangian bersama keluarga dan kerabat, sebagai simbol pembersihan diri dari segala bentuk dosa yang dapat mengundang bala.

Mandi laut dianggap dapat membersihkan tubuh dan jiwa dari seluruh aura negatif dan penyakit, serta sial yang akan terbawa bersama air laut.Seiring perkembangan zaman, tradisi Rabu Abeh telah mengalami pergeseran. Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, khususnya Aceh Barat, Rabu Abeh tidak lagi bermakna sakral. Rabu Abeh hanya dilakukan sebatas hiburan dan rekreasi keluarga. Ritual-ritual yang dulu dilakukan, kini berganti hura-hura



Seiring perkembangan zaman, tradisi Rabu Abeh telah mengalami pergeseran. Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, khususnya Aceh Barat, Rabu Abeh tidak lagi bermakna sakral. Rabu Abeh hanya dilakukan sebatas hiburan dan rekreasi keluarga. Ritual-ritual yang dulu dilakukan, kini berganti hura-huraa.

Menurut pandangan sejumlah cendekiawan muslim, Rabu Abeh merupakan tradisi yang dulu banyak diyakini oleh masyarakat jahiliyah kuno di Jazirah Arab, melalui asimilasi budaya yang terjadi ratusan tahun silam, saat pendakwah dari Arab mengunjungi Aceh. Tradisi tersebut mulai masuk dan kemudian menjadi bagian dari adat istiadat Aceh.

Masyarakat Aceh dikenal sebagai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupannya. Bahkan setiap tradisi dan adat istiadat yang ada tak dapat dilepaskan dari Islam. Rabu Abeh merupakan satu tradisi para leluhur yang harus terus dijaga, namun tentunya dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Alangkah indahnya apabila Rabu Abeh dimaknai dengan zikir dan doa bersama, memohon kepada Allah agar dijauhkan.

0 komentar:

Posting Komentar