Jumat, 29 Mei 2020

Anyaman Tikar Pandan, Warisan yang Mulai Ditinggalkan

Rauzatunnur
17.07 WIB


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hello sahabat familyart,

Nah teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang salah satu warisan budaya Aceh yang sudah jarang kita temukan.

Teman-teman pernah melihat tikar Aceh? atau yang sering disebut juga tikar daun pandan.


Perlu teman-teman ketahui, seiring berjalannya perkembangan zaman, anyaman tikar pandan ini sudah jarang kita temukan karena sudah tergerus oleh tikar-tikar keluaran terbaru di era modern ini. Masyarakat lebih memilih membeli tikar plastik yang dijual di took-toko karena harganya yang relatif murah dibandingkan dengan tikar anyaman pandan. Namun, tidak bisa dipungkiri, memiliki tikar anyaman sendiri merupakan suatu kebanggan tersendiri khususnya bagi masyarakat Aceh yang mencintai produknya sendiri. Karena tidak semua orang bisa membuat tikar ini. Selain cara pembuatannya yang lumayan susah, juga memakan waktu yang banyak. Karena pembuatan tikar ini harus didasari oleh kemampuan, dan menguasai tekniknya.

Pada masa dulu, membuat anyaman tikar daun pandan adalah pekerjaan yang mudah baik bagi ibu rumah tangga maupun anak gadis desa. Namun seperti yang kita perbincangkan, hal ini berangsur ditinggalkan karena perkembangan zaman yang semakin modern. Karena kurangnya kepedulian generasi sekarang untuk belajar menganyam, jadi tidak banyak orang sekarang yang bisa menganyam tikar daun pandan.

Beberapa tempat di pedesaan masih ada yang membuat anyaman tikar pandan, agar warisan budaya sendiri tidak hilang digantikan oleh produk-produk tikar modern yang baru. Tikar anyaman pandan ini merupakan salah satu kerajinan tangan yang harus terus dilestarikan. Walaupun proses pembuatannya sulit, namun tidak ada salahnya kita mencoba. Sebelum proses menganyam, ada beberapa proses yang harus kita lakukan sebelum membuat tikar pandan ini. Seperti yang kita tau, anyaman tikar ini langsung terbuat dari daun pandan asli. Bukan daun pandan yang seperti biasanya, akan tetapi menggunakan daun pandan yang tumbuh di pesisir pantai atau orang Aceh sering menyebutnya dengan oen seuke.

Pandan yang dipotong dari pokoknya, dibersihkan lalu dibuang duri bagian sampingnya. Lalu disisir sesuai keinginan besar kecilnya, lau dijemur sampai benar-benar kering. Tujuannya adalah agar kualitas tikarnya semakin bagus. Daun pandan dijemur dari yang berwarna hijau harus menjadi warna putih, harus benar-benar kering agar kuat dan tidak mudah rapuh.  Daun yang sudah kering kemudian diluruskan sekaligus dilembutkan dengan dijepit dari penjepit bambu. Nah untuk pembuatan warnanya, daun pandan diwarnai menggunakan pewarna sesuai keinginan. Setelah proses pewarnaan, daun pandan dikeringkan lagi sebelum dianyam. Selanjutnya, daun pandan tersebut dianyam menjadi tikar sesuai dengan teknik dan pola anyaman yang dikuasi.

Jadi, perlu bagi kita untuk belajar pola-pola anyaman tikar daun pandan tersebut agar warisan budaya kita tetap dilestarikan.

Sekian teman-teman artikelnya, semoga bermanfaat :)

0 komentar:

Posting Komentar