17.21 WIB
Assalamualaikum sahabat familyart education
Sedang apa shabat?
Semoga sedang melakukan hal positif yang membangun
kekuatan dan rasa optimis.
Yuk mari mengenal orang aceh lebih dalam dengan membaca
artikel suku ras dan bahasa masyarakat Aceh.
Suku
Aceh adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas
propinsi Nangro Aceh Darussalam (Daerah Istimewa Aceh). Walaupun kelompok suku
ini telah menyebar ke seluruh pelosok Aceh, namun pada kenyataannya kelompok
ini mendominasi penduduk daerah-daerah Kotamadya Sabang, Banda Aceh, Aceh
Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, dann Aceh Selatan. Suku bangsa Aceh
merupakan hasil pembaharuan beberapa bangsa pendatang dengan beberapa suku
bangsa asli di Sumatera, yaitu Arab, India, Parsi, Turki, Melayu, Minangkabau,
Batak, Nias, Jawa dan lain-lain.
Pada Zaman dahulu masyarakat Aceh
terbagi-bagi menjadi sejumlah kerajaan
kecil, seperti Indrajaya, Indraputri, Indrapatra, Pasei, Benua, Daya,
Peureulak, Idi, Pidie, Meulaboh, Linge, dan lain-lain. Seluruh kerajan tersebut
akhirnya disatukan oleh Kesultanan Aceh Darusalam. Mereka juga terkenal sebagai
bangsa yang gigih menentang kolonialisme Belanda dalam perang yang lama dan
melelahkan. Bahasa tradisional Aceh termasuk rumpun bahasa Austronesia, sub
rumpun bahasa Hesperonesia. Rencong merupakan senjata tradisional yang terkenal
suku Aceh. Orang Aceh adalah penganut agama Islam yang fanatik dan taat.
Meskipun demikian, di antara mereka ada yang masih menjalankan praktek
kepercayaan animisme dan dinamisme. Kesenian yang menonjol dari suku ini adlah
bela diri dan seni tari.
Bahasa Aceh adalah bahasa yang digunakan masyarakat
aceh sehari-hari yang memiliki penutur paling banyak dibandingkan dengan bahasa
daerah Aceh lainnya. Masyarakat suku Aceh yang menggunakan Bahasa Aceh pada
umumnya dimengerti oleh suku lainnya di
Aceh karena bahasa Aceh sebagai lambang kebanggaan masyarakat Aceh. Masyarakat
di setiap Kabupaten dalam berbahasa Aceh memiliki banyak perbedaan pada
pengucapan kata dan dialek yang pengertiannya sama, missal pengucapan bahasa
masyarakat Aceh Utara dengan masyarakat Aceh Besar sangat jelas perbedaannya dalam pengucapan ‘R’ dan kedengaranpun sangat bertolak
belakang namun semua daerah di Kabupaten
Provinsi Aceh yang menggunakan Bahasa Aceh walaupun ada perbedaan dalam
pengucapannya kosakata masih dapat dipahami dan dimengerti, semua perbedaan itu
adalah kekayaan budaya bangsa.
Bahasa Aceh termasuk rumpun bahasa Austronesia, sub
rumpun bahasa Hesperonesia. Penutur bahas ini diperkirakan berjumlah sekitar
2,5 juta jiwa yang tersebar di lima kabupaten di Daerah Istimewa Aceh. Bahasa
Aceh terbagi menjadi beberapa dialek, seperti, dialek Pidie, Meulaboh, Matang,
Aceh Besar, dan Tunong. Aksara yang pernah berkembang dalam masyarakat ini
adalah tuliasan Arab-Melayu yang mereka sebut tulisan jawoi.
Bahasa Jamee ( Aneuk Jamee)
Bahasa Jamee atau bahasa Aneuk Jamee atau orang Aceh
menyebut dengan bahasa Baiko adalah
Bahasa yang umumnya dan mayoritas digunakan oleh masyarakat Kabupaten
Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan sebagian kecil masyarakat Aceh Barat,
Simeulue dan Singkil. Bahasa ini merupakan bahasa pengantar utama di kota
Tapaktuan.
Jamee dalam bahasa Aceh artinya Tamu, jadi bahasa
Jamee adalah bahasa tamu yang sudah menjadi salah satu bahasa daerah Aceh di
Kabupaten Aceh Selatan, bahasa tamu yang ini sangat mirip dengan bahasa padang
karena dibawa oleh keturunan perantau Minangkabau yang tersebar di sepanjang
pesisir Barat dan Selatan Aceh mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan,
Aceh Barat Daya dan Pulau Seumelu yang
bermigrasi dan berdomisili di Aceh dan
telah berakulturasi dengan suku Aceh, berkembang sehingga menjadi salah satu bahasa daerah
Aceh di bagian selatan.
Bahasa Singkil
Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 1999 dan sebagian wilayahnya berada di
kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Terdiri dari dari dua wilayah, yakni
daratan dan kepulauan
Bahasa yang digunakan masyarakat di kabupaten Singkil
ada beberapa bahasa yaitu bahasa Pakpak
aslinya adalah bahasa dari propinsi Sumatera Utara, hanya saja karena Singkil
termasuk salah satu kabupaten yang berbatasan dengan propinsi Sumatera Utara,
terjadilah asimilasi antara kedua daerah ini. Propinsi Aceh tetap menetapkan
bahasa Pakpak ini sebagai bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasanya sedikit mirip dengan bahasa Pakpak namun
masyarakat Singkil menolak jika bahasa Singkil dikatakan sebagai bahasa Pakpak.
Meskipun terdapat sedikit perselisihan masalah bahasa, hal ini tidak menjadi
suatu perpecahan di antara masyarakat di dua kabupaten tersebut. Sejak dulu
sampai hari ini, masyarakat Singkil hidup rukun dan damai.
Selain itu masyarakat Kabupaten Aceh Singkil
menggunakan bahasa haloban Bahasa Haloban mirip dengan bahasa Devayan di Pulau
Simeulu, tetapi penuturnya di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Bahasa Gayo
Kabupaten Aceh Tengah
yang ibu Kotanya Takengon merupakan salah satu Kabupaten dari provinsi
Aceh yang berada di kawasan dataran
tinggi Gayo. Aceh Tengah sudah dikenal sejak dahulu sebagai daerah
penghasil Kopi, Pokat, dan buah-buahan dapat dikatagorikan sebagai daerah
pertanian. Setelah pemekaran Aceh Tengah
terbagi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues
dan Kabupaten Aceh Tengah.
Bahasa Gayo digunakan oleh masyarakan Kabupaten Bener
Meriah, Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues, dan sebagian Aceh Tenggara.
Seperti halnya bahasa Aceh, bahasa Gayo juga memiliki beberapa perbedaan dialek
dan kosakata sehingga membedakannya dalam beberapa bentuk bahasa gayo antara
lain; Gayo Lut, Gayo Deret, Gayo Lues, Lokop, dan Kalul.
Bahasa Kluet
Kluet atau Keluwat adalah masyarakat yang mendiami
beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Selatan yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet
Selatan, Kluet Tengah dan Kluet Timur yang memeliki Bahasa sendiri, wilayah
Kluet terletak 30 km dari Ibu Kota Ac eh Selatan atau sekita 500 km dari Kota
Banda Aceh yang berbatasan dengan oleh
sungai Lawé Kluet yang berhulu di
Gunung Leuser dan bermuara di lautan Hindia. Secara etnis, Suku Kluet termasuk
dalam Rumpun Batak yakni Rumpun Batak Utara.
Sebagaimana etnis rumpun Batak lainnya, Etnis
Kluet/Keluwat juga mempunyai marga yang masih umum dipakai oleh sebagian
kalangan masyarakatnya.
Masyarakat Kluet/Keluwat memiliki 5 buah marga yaitu :
Pelis
Selian
Bencawan
Pinem
Ciniago
Marga yang terakhir (Caniago) adalah marga keturunan
orang Minangkabau yang telah berasimilasi dengan Kluet sejak berabad-abad yang
lalu. Empat marga di atas juga ditemukan dalam suku Alas, Karo, dan Pakpak.
Bahasa Kluet atau Kluat merupakan anak dari Bahasa
Gayo dan Bahasa Alas karena orang dari suku Kluet mengerti dengan Bahasa Gayo
dan Bahasa alas. Dan ada beberapa kata dalam bahasa Kluet yang mirip dengan
bahasa suku Karo di Sumatera Utara. Bahasa ini hanya terdapat di beberapa
daerah di Kabupaten Aceh Selatan.
Kecamatan-kecamatan di Aceh Selatan dengan bahasa
Kluet sebagai bahasa pengantar yang dominan ditandai dengan nama awal kecamatan
memakai kata ‘Kluet’, seperti Kecamatan Kluet
Utara, Kluet Selatan, Kluet Timur, dan Kluet Tengah. Bahasa Kluet memiliki tiga
dialek yaitu Manggamat, Krueng Kluet, dan Paya Dapur.
Bahasa Temiang
Kabupaten Aceh Temiang adalah salah satu wilayah
tingkat II dalam Provinsi Aceh yang
terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Utara dengan menempuh jarak hanya 250
Km dari Kota Medan, Kabupaten ini
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur pada tanggal 10 April 2002
yang memiliki luas wilayah sekitar 1.956,72 km². Kabupaten satu-satunya di Aceh yang
terbanyak ditempati etnis melayu hingga 60%, jawa 20%, Aceh 15 % dan sebagian
kecil di daerah hulu ditempati suku Gayo dan Suku Alas. Secara geografis
terbentang pada posisi 030,53′ – 040, 32′ Lintang Utara sampai dengan 970,44′ – 980,1′ Bujur Timur.
Dengan demikian, wilayah ini memiliki batas-batas:
Sebelah utara dengan Selata Malaka dan Kota Langsa
Sebelah selatan dengan Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara
Sebelah timur dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Timur dan
Kabupaten Gayo Lues
Bahasa Temiang adalah bahasa yang dimiliki daerah
tingkat II Kabupaten Aceh Temiang dan
digunakan masyarakat Aceh Temiang yang sangat kental dengan dialek bahasa
Melayu. Dalam lintas sejarah buku Aceh Temiang disebutkan bahwa bahasa suku
Aceh temiang terbagi 2 (dua) yaitu : Suku Tamieng Hulu dan Suku Tamieng Hilir,
dalam komunikasi sehari-hari yang membedakan kalimat saat berbicara adalah Suku Temiang Hulu selalu diakhiri dengan
huruf O, misalnya Kemano. Sedangkan Suku Tamiang Hilir diakhiri dengan huruf E,
missalnya kemane.
Bahasa Alas
Bahasa Alas, adalah bahasa daerah TK. II Kabupaten
Aceh Tenggara yang merupakan bahasa masyarakat di Tanah Alas (Aceh Tenggara).
Bahasa ini bertalian erat dengan Bahasa Kluet (Aceh Selatan), Bahasa
Singkil-Julu (Aceh Singkil), Bahasa Batak Pakpak dan Bahasa Batak Karo di
Sumatera Utara.
Bahasa Alas memiliki tiga dialek, yaitu dialek Hulu
dipakai di kecamatan Badar, dialek Hilir dipakai di kecamatan Bambel dan dialek
Tengah dipakai di kecamatan Babussalam dan Lawe Alas. Perbedaan dari ketiga
dialeg ini hanya sedikit sekali, yaitu: bila ditinjau dari segi intonasi
pemakaian bahasa Alas di kecamatan Badar lebih halus, sedang di daerah
kecamatan Babussalam, Lawe sigala-gala dalam kategori sedang. Sedangkan di
kecamatan Bambel kasar.
Dalam pergaulan sehari-hari Suku Alas mempunyai Bahasa
sendiri yakni Bahasa Alas (Cekhok Alas)
Bahasa ini merupakan rumpun bahasa dari Austronesia suku Kluet di Kabupaten Aceh selatan juga menggunakan
Bahasa yang hampir sama dengan bahasa suku Alas. Bahasa ini memiliki banyak
kesamaan kosakata dengan bahasa Karo yang dituturkan masyarakat Karo di
Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2000, jumlah penutur bahasa ini mencapai
195.000 jiwa. Diperkirakan bahasa ini merupakan turunan dari bahasa Batak,
namun Masyarakat Alas sendiri menolak label “Batak” karena alasan perbedaan Agama yang
dianut. Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini merupakan bahasa
tunggal atau bukan.
Bahasa Devayan, bahasa Sigulai dan bahasa Lekon
Pulau
Simeulue atau Simalur adalah sebuah
pulau yang berada di Barat Sumatera. Yang terletak pada posisi kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat
Aceh, juga merupakan pulau pemerintahan Kabupaten Seumelue di tengah XSamujdra
Hindia. Posisi geografisnya terisolasi dari daratan utama, Semeulue adalah
Kabupaten baru yang Ibukotanya Sinabang hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
barat pada tahun 1999. Pulau ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Penduduk
kawasan ini juga berprofil seperti orang Nias, dengan kulit kuning dan sipit
seperti layaknya orang Tionghoa dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh
daratan. Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Setelah masa
keemasan cengkeh mulai menurun, sebagian besar masyarakat Simeulue mulai
beralih ke perkebunan sawit dan tanaman horikultura sebagai mata pencarian
sehari-hari.
Bahasa Pakpak
Suku Pakpak
adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia.
Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, (Provinsi Aceh), bahasa Pakpak yang
digunakan masyarakat Aceh adalah di Kabupaten Singkil dan Kota Sulubussalam.
Dalam sumber Haloaceh disebutkan Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal
dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaan
Sriwijaya pada abad 11 Masehi.
Suku Pakpak terdiri atas 5 subsukur, dalam istilah
setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:
1. Pakpak Boang, bermukim di provinsi Aceh yaitu di
Kabpaten Aceh Singkil dan Kota Sulubussalam. Suku Pakpak Boang ini banyak
disalahpahami sebagai Suku Singkil.
2. Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang
masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan
yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
4. Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di
Kabupaten Dairi.
5. Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan
sekitarnya di di Kabupaten Dairi..
Bahasa ini memiliki penutur di kabupaten Singkil.
Sebenarnya bahasa Pakpak aslinya adalah bahasa dari propinsi Sumatera Utara,
hanya saja karena Singkil termasuk salah satu kabupaten yang berbatasan dengan
propinsi Sumatera Utara, terjadilah asimilasi antara kedua daerah ini. Propinsi
Aceh tetap menetapkan bahasa Pakpak ini sebagai bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasa Haloban
Bahasa Haloban adalah sebuah bahasa yang dituturkan
oleh Suku Haloban yang terdapat di kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil. Dari 7
desa yang terdapat di Pulau Banyak, bahasa ini terdapat di desa Haloban dan
Asantola. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahasa Haloban bukanlah bahasa yang
tersendiri, tetapi termasuk dalam dialek bahasa Devayan yang terdapat di pulau
Simeulue.nurdin (sumber atikel
Halloaceh)
0 komentar:
Posting Komentar