14.22 WIB
Museum
Rumah Cut Nyak Dhien merupakan museum yang dulu merupakan tempat tinggal Cut
Nyak Dhien dan Teuku Umar, terdapat beberapa koleksi seperti rencong dan parang.
Selain
dikenal memiliki pesona wisata alam yang memukau, Aceh juga merupakan provinsi
yang memiliki sejarah panjang. Provinsi yang terletak di ujung pulau Sumatra
ini melahirkan banyak pahlawan nasional yang turut berperang melawan penjajahan
Belanda. Tak heran jika di daerah ini dapat dijumpai beberapa tempat wisata
sejarah seperti Museum Rumah Cut Nyak Dhien.
Museum
Rumah Cut Nyak Dhien merupakan museum yang akan mengingatkan sejenak dengan
pahlawan wanita berhati baja ini. Srikandi Indonesia ini memang dikenal
memiliki pendirian yang teguh serta gagah berani dalam memimpin pasukan untuk
melawan Belanda. Di museum tersebut, wisatawan bisa melihat senjata-senjata
seperti rencong yang dulu digunakan oleh beliau.
Museum
Rumah Cut Nyak Dhien
Secara
administratif, museum ini terletak pada Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai Museum Rumah Cut Nyak
Dhien, wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 10 kilometer atau
melakukan perjalanan selama 20 menit dari Kota Banda Aceh.
Letaknya
yang berada tepat di pinggir jalan raya, juga menjadikan wisatawan mudah untuk
menemukan lokasi dari Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini. Wisatawan bisa
menggunakan kendaraan pribadi layaknya mobil atau motor, dan juga tersedia
kendaraan umum yang bisa dimanfaatkan oleh wisatawan. Kondisi jalan dari Banda
Aceh menuju ke Kecamatan Peukan Bada juga terbilang sangat baik dan teraspal.
Sejarah
Museum Rumah Cut Nyak Dhien
Cut Nyak
Dhien lahir pada tahun 1848 dari keturunan bangsawan bernama Teuku Nanta Seutia
dan ibunya bernama Uleebalang Lampageu. Sejak kecil Cut Nyak Dhien telah
dikenalkan oleh orangtuanya dengan agama, sehingga beliau tumbuh menjadi
perempuan yang patuh akan ajaran-
ajaran agama Islam.
Ketika
usianya 12 tahun, Cut Nyak Dhien telah dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim
lamnga. Namun sayangnya pernikahan tersebut tak berlangsung lama, karena Teuku
Cek Ibrahim Lamnga meninggal saat berjuang melawan Belanda. Tewasnya sang suami
menjadikan Cut Nyak Dhien sangat marah kepada pihak Belanda dan berjanji akan
menghancurkan Belanda sampai tuntas.
Selang
beberapa lama, Cut Nyak Dhien dilamar oleh Teuku Umar yang kala itu merupakan
seorang tokoh yang juga berjuang melawan Belanda. Awalnya, lamaran tersebut
ditolak oleh beliau, namun karena Teuku Umar mengizinkan Cut Nyak Dhien
bertempur melawan penjajah lamarannya pun akahirnya diterima.
Bersama
Teuku Umar, pernikahan Cut Nyak Dhien dikaruniai seorang anak bernama Cut
Gambang. Teuku Umar sendiri akhirnya juga wafat dalam penyerangan Meulaboh pada
11 Februari 1899. Sedangkan Cut Nyak Dhien meninggal pada 6 November 1908 dalam
pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.
Dalam
perjuangan Teuku Umar bersama Cut Nyak Dhien, sempat diwarnai dengan pembelotan
Teuku Umar kepada pihak Belanda. Aksi tersebut menuai banyak tentangan dari
rakyat yang menganggap Teuku Umar telah berkhianat. Padahal, ini merupakan
strategi Teuku Umar agar bisa mengakses persenjataan Belanda.
Karena
Belanda menganggap Teuku Umar berada dipihaknya, Belanda menghadiahkan sebuah
rumah kepada Teuku Umar. Itulah rumah yang kini menjadi Museum Rumah Cut Nyak
Dhien. Namun bangunan yang kini bisa dilihat merupakan replika dari banguan
yang dibuat menyerupai aslinya.
Rumah
tersebut konon telah dibakar sampai habis oleh Belanda yang mengetahui bahwa
Teuku Umar hanya berpura-pura pada tahun 1896. Rumah tersebut dibangun kembali
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta diresmikan oleh Fuad Hasan yang
kala itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1987.
0 komentar:
Posting Komentar