14.46 WIB
Kedahsyatan
gelombang tsunami yang menerpa pesisir utara Banda Aceh pada Bulan Desember
2004 yang lalu ternyata masih meninggalkan jejak. Tidak hanya masih terbayang
dalam ingatan, tsunami juga meninggalkan jejak berupa monumen. Monumen yang
menjadi peringatan bagi siapapun terhadap dahsyatnya kekuatan alam. Salah
satunya adalah Monumen PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Apung di Desa
Punge, Blancut, Banda Aceh. Sesuai namanya, kapal ini merupakan sumber tenaga
listrik bagi wilayah Ulee Lheue – tempat kapal ini ditambatkan sebelum
terjadinya tsunami.
Kapal
dengan panjang 63 meter ini mampu menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt.
Dengan luas mencapai 1.900 meter persegi dan bobot 2.600 ton, tidak ada yang
membayangkan kapal ini dapat bergerak hingga ke tengah Kota Banda Aceh.
Ketika
tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, kapal ini terseret gelombang
pasang setinggi 9 meter sehingga bergeser ke jantung Kota Banda Aceh sejauh 5
kilometer. Kapal ini terhempas hingga ke tengah-tengah pemukiman warga, tidak
jauh dari Museum Tsunami.
Dari
11 orang awak dan beberapa warga yang berada di atas kapal ketika tsunami
terjadi, hanya satu orang yang berhasil selamat. Fenomena pergeseran kapal ini
menunjukkan kedahsyatan kekuatan gelombang yang menimpa Serambi Makkah kala
itu.
Saat
ini, area sekitar PLTD Apung telah dibeli oleh pemerintahan untuk ditata ulang
menjadi wahana wisata edukasi. Untuk mengenang korban jiwa yang jatuh akibat
tsunami, dibangun monumen peringatan. Pada monumen itu, tertera tanggal dan
waktu kejadian dari musibah yang juga menimpa beberapa negara selain Indonesia.
Di sekeliling monumen, dibangun dinding dengan relief menyerupai gelombang air
bah. Dari atas kapal ini, pengunjung juga dapat melihat rangkaian pegunungan
Bukit Barisan
0 komentar:
Posting Komentar